[Review] Koe no Katachi

[Review] Koe no Katachi

   
[Review] Koe no Katachi

Ternyata selama saya di Jepang kemarin, Kyoto Animation mulai menayangkan film anime “Koe no Katachi“. Tentunya saya menggunakan kesempatan ini untuk menontonnya langsung di bioskop.

Hampir bernasib sama dengan Kimi no Na wa, saya dan teman-teman saya cukup kesulitan untuk mendapatkan kursi karena banyak waktu tayang yang sudah penuh. Tetapi kali ini sedikit lebih mudah karena jumlah rombongan lebih sedikit dan masih ada beberapa kursi kosong meski posisinya kurang bagus.

Adaptasi Cerita yang Lebih Padat

Ketika Kyoto Animation mengumumkan adaptasi Koe no Katachi sebagai film anime, saya sedikit cukup kaget. Memang manga-nya sendiri tidak terlalu panjang jumlah volumenya, hanya 7 volume, tetapi apakah cukup untuk dijadikan 1 film saja? Ternyata Kyoto Animation tidak tanggung-tanggung mengerjakan adaptasinya. Mereka mengadaptasi manga tersebut menjadi film yang berdurasi 130 menit, atau setara dengan 2 jam 10 menit.

review-koe-no-katachi-3

Koe no Katachi menceritakan tentang Shoya Ishida, seorang remaja yang waktu SD sering melakukan bully kepada murid pindahan bernama Shoko Nishimaya yang ternyata tuna rungu. Karena suatu kejadian, Shoya ketahuan dan kemudian teman-teman sekelasnya pun mulai melakukan hal yang sama kepadanya, yaitu bullying. Setelah kejadian ini, waktunya dipercepat ke masa SMA dan Shoya mulai menutup hatinya dan selalu merasa bersalah. Tetapi suatu hari, Shoya kembali bertemu dengan Shoko. Pertemuan ini pun membuat diri Shoya mulai berubah.

Untuk versi film ini, Kyoto Animation melakukan banyak perubahan agar ceritanya bisa selesai dalam 1 film. Mungkin beberapa di antara kalian ada yang kecewa karena perubahan ini, tetapi saya merasa ini adalah hal baik karena ceritanya menjadi lebih padat dan tidak terasa bertele-tele.

 

Hal yang sedikit dikecewakan adalah pacing-nya. Alur cerita terasa lambat yang kadang membuat film jadi terasa datar, meski pada saat sudah mencapai klimaks. Belum lagi durasi filmnya cukup panjang. Mungkin karena sudah capek karena saya menonton film ini di hari terakhir saya di Jepang, saya sempat ketiduran sebentar di satu bagian.

Di satu sisi, saya mengerti karena ini adalah sebuah kisah drama, jadi tidak perlu menyampaikan cerita dengan “wah.” Tetapi saya cukup kaget karena bisa merasa pacing film ini cukup lambat padahal ceritanya sudah diringkas dan saya membaca manga-nya maraton hingga tamat.

Desain yang Setia dengan Karya Aslinya

Beberapa serial anime yang dikerjakan oleh Kyoto Animation akhir-akhir ini memiliki desain karakter yang serupa meski berasal dari berbagai seri yang berbeda, coba saja liat K-ON!Tamako Market, dan lainnya. Untungnya untuk di Koe no Katachi, Kyoto Animation masih setia dengan desain karakter yang masih serupa dengan seri manga-nya. Tidak hanya dari desain saja, cara penggunaan warnanya pun serupa dengan karya aslinya.

review-koe-no-katachi-4

Tetapi yang saya sedikit bingung adalah ketika saya menonton film ini, saya merasa animasinya terasa biasa saja. Padahal biasanya film anime menghadirkan animasi yang jauh lebih baik. Tidak hanya itu, Kyoto Animation juga biasanya menghadirkan animasi yang luar biasa untuk serial TV mereka. Makanya saya sedikit merasa janggal. Meski begitu, hal ini seharusnya tidak menganggu pengalaman menonton kalian.

Performa Seiyuu yang Mengagumkan

review-koe-no-katachi-1

 

Untuk Koe no Katachi, Kyoto Animation memilih berbagai seiyuu yang sudah ternama seperti Miyu Irino sebagai Shoya Ishida, Saori Hayami sebagai Shoko Nishimiya, Aoi Yuuki sebagai Yuzuru Nishimiya dan lainnya. Jadi performa masing-masing seiyuu-nya tidak perlu diragukan lagi. Tetapi bagi saya, performa Saori Hayami dalam film ini benar-benar bersinar (mungkin sedikit bias karena saya fans berat). Karena Shoko adalah tuna rungu, tentunya Shoko tidak bisa berbicara dengan lancar karena tidak pernah mendengar kata-katanya. Di sini, Hayami berhasil memerankan Shoko dengan sempurna.

Tinggalkan komentar